Sampai sekarangpun aku masih suka sekali dengan rendang,
jadi jika kebetulan aku tidak membawa bekal makan siang ke kantor,
biasanya saat makan siang di kantor aku sering
sekali membeli nasi rendang. kebiasaanku
yang selalu membeli nasi rendang ketika makan siang di kantor itulah yang
akhirnya membuat semua teman-teman kantorku jadi mengetahui betapa sukanya aku
rendang. Teman-teman kantorku juga heran
kepadaku yang bisa makan rendang berhari-hari tanpa merasa bosan sedikitpun.
Beberapa waktu yang lalu aku bercerita dengan Kevin temanku
kerja kalau aku saat ini ingin sekali makan rendang dari rumah makan besar yang cukup terkenal di
kotaku.
“Vin, sayang ya, kantorku kita jauh dari rumah makan
Sungguh Lezat. Seandainya kantor kita
dekat rumah makan tersebut, pasti Mbak selalu membeli nasi rendang disitu.” ujarku
dengan pikiran menerawang membayangkan nikmatnya makan rendang dari rumah makan
Sungguh Lezat.
“Mbak lagi ngidam apa?”ujar kevin sambil tertawa.
“Tidak. Hanya lagi
kepengen saja, karena Mbak sudah lama tidak makan nasi rendang dari rumah makan
Sungguh Lezat.”
“Beli aja Mbak waktu pulang kerja nanti, kalau memang
lagi ingin sekali.” Usul kevin.
“Maunya seperti itu, tapi satu bulan ini mbak lagi sibuk
sekali karena ada pekerjaan yang sedang mbak kerjakan begitu pulang kantor. Sementara rumah makan Sungguh Lezatkan
berbeda arah dan jauh sekali dari rumah Mbak.” ujarku memberikan alasan.
“Ia sudah kalau begitu, Mbak tidak usah memikirkan
rendang terus biar hilang keinginan makan rendang dari rumah makan Sungguh
Lezat.” Saran Kevin.
Akupun menuruti usulan temanku Kevin untuk tidak fokus
dengan rendang yang aku idam-idamkan, walaupun tidak mudah untuk
menghilangkannya dari pikiranku. Beberapa
hari kemudian ada seorang teman kantorku yang lagi ada rezeki ingin mentraktir
kami semua. Tetapi karena dia harus
keluar kota, temanku itupun menitipkan sejumlah uang kepadaku untuk mentraktir
kami semua.
Akupun menawarkan beberapa pilihan kepada teman-temanku, tentang
uang yang diberikan kepadaku untuk mentraktir kami semua.
“Pak Edo, ada kasih sedikit uang buat mentraktir kita. Setelah pulang kerja nanti, kita makan di
cafe, bagaimana?” tanyaku kepada teman-teman kantorku.
“Wah. Kalau hari ini saya tidak bisa, Mbak! karena saya
ada acara, tapi tidak tahu dengan teman-teman yang lain?” ujar salah seorang
temanku.
“Sama, aku juga
tidak bisa.”kata temanku yang lain.
“Ya sudah. Terpaksa
uangnya kita bagi rata saja supaya dipergunakan sesuai keinginan
masing-masing.” Ujarku lagi.
“Tidak boleh begitu
Mbak. Kalau memang uang itu diberikan
Pak Edo buat mentraktir kita, ya kita pakai uang itu untuk makan bersama-sama. Bagaimana
kalau uangnya kita pakai untuk membeli makan siang besok?” usul temanku Dewo.
“Aku setuju asal beli makan siangnya di rumah makan
Sungguh Lezat ya! Soalnya Mbak lagi ingin sekali makan nasi rendang dari rumah
makan Sungguh Lezat. Tapi kaliankan kerjanya dilapangan jadi apa bisa makan
siang di kantor?”tanyaku lagi.
“Tidak masalah kok Mbak, bisa diatur. Tapi yang lain
setujukan?” tanya Dewo.
“Ia kami setuju.” Jawab teman-temanku yang lain.
Akupun mulai membayangkan nikmatnya makan rendang
kesukaanku, aku seperti orang yang mengidam saja.
Keesokan harinya karena buru-buru, aku tidak sempat
sarapan pagi di rumah, dikantorpun karena sibuk, aku juga tidak sempat membeli
sarapan. Dan rasanya aku tidak sabar
untuk menunggu makan siang karena sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi
rendang idamanku.
Ketika makan siangpun tiba, aku tidak sabar menunggu
temanku Dewo pulang ke kantor membawa makan siang kami. Ketika temanku Dewo akhirnya datang membawa
bungkusan makan siang, aku langsung lemas karena dari bungkusan saja aku sudah
tahu kalau itu bukan di beli dari rumah makan Sungguh Lezat karena bungkusan
makanan dari rumah makan Sungguh Lezat ada tulisan dan logo rumah makan Sungguh
Lezat. Aku tanya kepada temanku kenapa
dia tidak jadi membeli makan siang tersebut di rumah makan Sungguh Lezat. Alasan, temankupun mencari-cari alasan supaya aku
tidak marah. Walaupun aku agak marah
tapi aku coba kendalikan diri dan mulai makan siang tetapi ketika aku mulai
makan, rasa marahku hampir meledak karena selain nasinya tidak enak, lauk
rendangnya keras sekali dan benar – benar rasanya tidak enak. Akupun tidak sanggup lagi memakannya. Aku berusaha kuat menahan emosiku karena
rasanya tidak enak dengan teman-temanku yang lain yang pasti berpikir aku
berlebihan bisa sedemikian marah hanya gara-gara rendang.
Aku sendiri tidak tahu lagi, apa yang menyebabkan aku
begitu marah, apa karena temanku tidak konsisten dengan perkataannya sementara
aku begitu mengidam-idamkan makan rendang dari rumah makan Sungguh Lezat. Atau karena perutku yang begitu lapar
sementara aku sudah membayangkan makan rendang idamanku. Atau juga karena aku lagi PMS, karena biasanya
wanita yang lagi PMS emosinya cenderung tinggi.
Tapi aku pikir semua alasan tersebutlah yang membuatku jadi begitu
marah, karena sebelumnya aku tidak pernah begitu marah hanya karena makanan.
Akhirnya aku memutuskan izin pulang kerja cepat dengan
alasan sakit karena aku tidak mau kemarahanku meledak di kantor, apalagi
penyebabnya hanya gara-gara rendang. Dan
juga aku memutuskan pulang karena memang perutku lapar sekali dan aku mau menstabilkan
emosiku. Waktu pulangpun aku memutuskan
mampir membeli nasi rendang di rumah makan Sungguh Lezat untuk mengobati rasa
amarahku dan juga untuk memuaskan keinginanku.
Aku berharap tidak seorang teman kantorku yang melihat aku mampir dulu
ke rumah makan tersebut, apalagi bosku karena bisa ketahuan kalau aku
berpura-pura sakit.
Itulah pengalaman yang tak terlupakan bagiku, kalau aku
mengingat hal itu sekarang, aku menjadi malu sekaligus kejadian itu membuatku tertawa,
kenapa aku bisa bereaksi dengan demikian hebatnya hanya gara-gara rendang.
Note:Tulisan ini pernah aku ikut sertakan dalam lomba menulis gado-gado majalah Femina, karena tidak menang maka aku coba masukkan saja ke blogku,hehehe...:)
Note:Tulisan ini pernah aku ikut sertakan dalam lomba menulis gado-gado majalah Femina, karena tidak menang maka aku coba masukkan saja ke blogku,hehehe...:)
No comments:
Post a Comment