Saya
sangat gemar membaca buku, setiap hari hari tiada hari saya lewatkan
tanpa
membaca buku, tapi sayangnya itu dulu, ketika saya
masih duduk di bangku Sekolah Dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Tetapi bertahun-tahun
kemudian setelah saya bekerja dan mulai disibukkan berbagai aktivitas,
kebiasaan
membaca buku mulai berkurang dan akhirnya menurun drastis bahkan dalam
satu
tahun saya belum tentu bisa menghabiskan satu buah buku baru untuk
dibaca. Bukan
hanya saya saja yang minat baca bukunya berkurang tapi banyak orang
seperti saya yang minat bacanya berkurang atau tidak punya minat baca
sama sekali.
Kondisi
minat baca bangsa Indonesia ternyata cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi
“Most Littered Nation in the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut
State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat
ke – 60 dari 61 negara soal minat membaca. Sedangkan penilaian berdasarkan
komponen infrastrukrur Indonesia ada di urutan 34, ini menunjukkan Indonsia
masih sangat minim memanfaatkan infrastruktur. (dikutip dari: Kompas.com).
Minat
baca bangsa Indonesia yang memprihatinkan ini menurut saya, salah
satunya
disebabkan oleh perkembangan teknologi seperti gadget, dimana
orang-orang
menggunakan gadget cenderung hanya untuk membuka jejaring sosial seperti
FB,
Twiter, Instagram dan lain-lain, ataupun juga untuk bermain game di
gadget mereka. Sementara penggunaan internetpun belum dimaksimalkan
penggunaannya untuk hal-hal positif seperti mencari informasi yang
aktual, terpercaya dan bermanfaat, ataupun untuk membaca buku secara
online.
Kurangnya
minat baca bangsa Indonesia ini membuat toko-toko buku banyak tutup bahkan Toko
buku Gramedia mengadakan cuci gudang besar-besaran di lima kota seperti
Yogyakarta, Sidoarjo, Bandung, Pekanbaru, dan Tanggerang Selatan (Jabodetabek).
Harga buku yang di bandrol pun sangat murah, mulai dari harga Rp
5.000 sampai dengan harga Rp 20.000. Bahkan jika dalam waktu tiga tahun setelah terbit
sebuah buku tidak habis terjual, maka buku tersebut akan dimusnahkan. Sangat miris
sekali nasib buku di Indonesia.
Toko
Gramedia di OPI Mall Palembangpun sedang ada discount walaupun
discountnya
tidak sebesar di beberapa kota lainnya. Teman saya pun mengajak saya ke
Toko Buku Gramedia di OPI Mall Palembang yang memberikan discount untuk
buku-buku terbitan tiga tahun yang lalu, harganya berkisar dari Rp
10.000
sampai Rp 30.000. Saya membeli beberapa buku yang ada discountnya dan
satu buku karangan Charles Dickens yang tidak ada discount seharga Rp
66.000,-. Di dalam buku tersebut berisi lima judul terkenal dari banyak
karyanya,
antar lain: Oliver Twist (1837) David Copperfield (1849-1850), A
Tales of Two Cities (1859), Bleak
House (1852-1853), dan Great
Expectations (1860-1861).
Buku
ini menurut saya sangat
menarik ceritanya walaupun di tulis lebih dari satu abad yang lalu.
Karakter
dari tokoh-tokoh dan permasalahan yang menjadi konflik dalam cerita
karya
Charles Dickens tetap masih relevan untuk masa sekarang seperti
kesenjangan ekonomi
yang mencolok antara orang kaya dan miskin, tentang cinta, pengorbanan,
korupsi, keserakahan dan penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan,
kekerasan,
kejahatan dan juga tentang perjuangan seorang anak atau seorang pemuda
untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Buku karangan Charles Dickens
sudah diterjemahkan dan disadur dari naskah aslinya jadi karya Charles
Dickens ini ringan untuk dibaca bahkan untuk anak-anak sekalipun.
Oliver
Twist mengisahkan seorang anak yatim piatu yang bernama Oliver Twist yang
mengalami banyak kekerasan dan ketidakadilan karena kemiskinan yang terjadi
pada masa revolusi industri di Inggris. Pemilik Panti Asuhan dimana
Oliver tinggal adalah gambaran dari orang serakah yang korupsi demi
mementingkan dirinya sendiri. Anak-anak Panti Asuhan hanya mendapatkan jatah
makan sedikit sekali sehingga mereka kurus dan sangat kelaparan sementara
pengurus Panti Asuhan sangat gendut. Kekerasan yagn dialami oleh Oliver akibat
meminta tambah makanan membuat oliver berani untuk melarikan diri. Tetapi hidup itu sangat keras apalagi untuk
anak seperti Oliver yang hidup di masa kesenjangan ekonomi antara orang kaya
dan miskin begitu mencolok, dia justru bertemu dengan seorang preman jahat
bernama Fagin yang mengeksploitasi anak-anak untuk dipekerjakan sebagai
pencopet. Tapi cerita Oliver Twist
berakhir dengan Happy Ending dimana dia bisa bertemu dengan paman ibunya yang
baik hati dan ditolong salah satu temannya yang merupakan istri Fagin dan Sang
preman Fagin pun akhirnya meninggal dunia.
Great
Expectations mengisahkan seorang anak yatim
piatu yang bernama Pip tinggal bersama kakak perempuan dan kakak iparnya, Joe,
seorang pandai besi. Pip adalah anak sederhana yang tidak mempunyai mimpi
sampai dia bertemu Miss Havisham dan putri angkatnya, Estella. Miss Havisham
adalah seorang wanita yang hidupnya terjebak dengan luka masa lalu sehingga
hidupnya berhenti pada masa di mana dia ditinggalkan oleh lelaki yang
dicintainya pada waktu hari pernikahan. Miss Havisham yang tidak bahagia inipun
membalas dendam kepada para pria dengan mengadopsi anak yang diberinya nama
Estella. Estella dibesarkan tanpa cinta dan kasih sayang itulah yang membuat
Estella menjadi dingin dan angkuh.
Miss Havisham
terang-terangan mendorong Pip untuk menyukai Estella. Estella sangat cantik dan
Pip selalu bermain dengan Estella setiap hari, hal ini tentu saja membaut Pip jatuh cinta kepada
Estella walaupun Estella itu dingin dan angkuh. Pip merasa dirinya tidak layak
untuk menjadi pasangan Estella yang kaya dan berpendidikan sementara dia hanya
pria biasa yang tidak berpendidikan. Sejak itu konsep pikir Pip berubah dia
ingin menjadi lelaki terhormat, kaya dan berpendidikan supaya Estella dapat
mencintai dia.
Di
akhir cerita setelah
banyak mengalami peristiwa dalam hidupnya konsep pikir Pip pun tentang
pria terhomat berubah, bukan hanya Pip, Estella pun berubah dan menjadi
istri Pip.
Karakter dari tokoh-tokoh di
cerita ini sangat menarik dan masih relevan dialami oleh banyak orang di masa
sekarang di mana masih banyak orang yang terjebak dengan masa lalu dan belum
mau “move on”. Di sini juga ada disinggung tentang balas budi dan kesetiaan,
dimana pria buronan yang pernah dibantu Pip membalas budinya dengan membiayai
kuliah Pip. Dan Pip juga setia untuk membantu pria buron tersebut dengan menolongnya waktu melarikan diri dari kejaran
polisi walaupun akhirnya pria tersebut meninggal.
A Tale of Two Cities
mengisahkan seorang gadis yang
bernama Lucie Manette yang pergi mencari Ayahnya seorang dokter yang
kesehatannya jiwanya terganggu setelah mengalami penyiksaan
bertahun-tahun di penjara akibat kekejaman bangsawan
Perancis. Lucie Mannete dan Ayahnya, dokter Mannete akhirnya hidup
bahagia di Inggris, kehidupan berubah setelah Lucie menikah dengan
Charles Darnay yang merupakan keturunan bangsawan Perancis dan keponakan
dari Marquis Evremonde yang kejam yang pernah memenjarakan dr. Mannete.
Ketika Revolusi Perancis bergolak dimana Rakyat Perancis begitu
marahnya dengan para bangsawan Perancis sehingg seluruh keluarga
keturunan bangsawan perancis dihukum gantung (La Guillotine), Charles
Darnay pun tidak luput dari hukuman gantung tersebut, bahkan pengaruh
mertuanya dr. Manette yang pernah berjasa bagi rakyat miskin perancispun
tidak berhasil membebaskannya. Sydney Carton pengacara Inggris yang
pernah menjadi pengacara Charles Darnay waktu di Inggris adalah seorang
pria yang tidak mempunyai tujuan dalam hidupnya, karena cintanya pada
Lucie akhirnya memilih mengganti Charles Darnay untuk di hukum gantung
dengan menyamar menjadi Charles Darnay.
Cerita Tale of Two Cities ini sangat menarik dan mengharukan, karena menceritakan rasa amarah dan dendam masyarakat miskin Perancis akibat kesewenangan dan kekejaman Bangsawan Perancispun akhirnya pecah dengan Revolusi Perancis dan menghukum gantung semua Bangsawan Perancis bahkan untuk keturunan bangsawan perancis yang tidak bersalah seperti Charles Darnay yang bahkan melarikan diri ke Inggris karena tidak tahan dengan kehidupan kejam para Bangsawan Perancis ikut menjadi korban. Tentang pengorbanan seorang pengacara pria yang tadinya tidak memiliki tujuan dalam hidupnya akhirnya mempunyai tujuan yaitu membuat wanita yang dicintainya bahagia dengan mengorbankan dirinya digantung menggantikan suami wanita yang dicintainya.
Bleak House merupakan novel yang kompleks dan merupakan suatu potret sosial Inggris pada era Victoria yang menyorot kelemahan sistem hukum perdata waktu itu belum mampu menyelesaikan masalah ahli waris selama bertahun-tahun. Kasus ahli waris tersebut dinamakan kasus Jarndyce dan Jarndyce. Pengadilan belum mampu menentukan siapa yang menjadi ahli waris tersebutpun memutuskan untuk mencarikan rumah untuk para penuntut hak waris tersebut. Rumah tersebut bernama Bleak House yang ditinggali oleh John Jarndyce, Ada Clare dan Richard Carstone, dan pengadilan mengutus Esther Summerson, untuk mendampingi mereka. Esther Summerson adalah anak dari hubungan terlarang Lady Dedlock dengan Nemo, seorang Law-Writer (penulis dokumen hukum) yang identitasnya tidak jelas.
Cerita Tale of Two Cities ini sangat menarik dan mengharukan, karena menceritakan rasa amarah dan dendam masyarakat miskin Perancis akibat kesewenangan dan kekejaman Bangsawan Perancispun akhirnya pecah dengan Revolusi Perancis dan menghukum gantung semua Bangsawan Perancis bahkan untuk keturunan bangsawan perancis yang tidak bersalah seperti Charles Darnay yang bahkan melarikan diri ke Inggris karena tidak tahan dengan kehidupan kejam para Bangsawan Perancis ikut menjadi korban. Tentang pengorbanan seorang pengacara pria yang tadinya tidak memiliki tujuan dalam hidupnya akhirnya mempunyai tujuan yaitu membuat wanita yang dicintainya bahagia dengan mengorbankan dirinya digantung menggantikan suami wanita yang dicintainya.
Bleak House merupakan novel yang kompleks dan merupakan suatu potret sosial Inggris pada era Victoria yang menyorot kelemahan sistem hukum perdata waktu itu belum mampu menyelesaikan masalah ahli waris selama bertahun-tahun. Kasus ahli waris tersebut dinamakan kasus Jarndyce dan Jarndyce. Pengadilan belum mampu menentukan siapa yang menjadi ahli waris tersebutpun memutuskan untuk mencarikan rumah untuk para penuntut hak waris tersebut. Rumah tersebut bernama Bleak House yang ditinggali oleh John Jarndyce, Ada Clare dan Richard Carstone, dan pengadilan mengutus Esther Summerson, untuk mendampingi mereka. Esther Summerson adalah anak dari hubungan terlarang Lady Dedlock dengan Nemo, seorang Law-Writer (penulis dokumen hukum) yang identitasnya tidak jelas.
Lady Dedlock adalah istri dari seorang bangsawan yang bernama Sir Leicester Dedlock. Bertahun-tahun Lady Dedlock menyimpan rahasia masa lalunya dari suami dan keluarganya karena Lady Dedlock tidak mau suami dan keluarganya mendapatkan aib karena masa lalunya. Akibat dari masalalu yang dipendam bertahun-tahun membuat Lady Dedlock menjadi wanita yang ber hati dingin. Lady Dedlock pun mengira anak dari hubungan masa lalunya itu telah meninggal. Setelah mengetahui bahwa anaknya masih hidup, Lady Dedlockpun melarikan diri dari rumah karena dia mau menebus kesalahannya, menemui Esther Summerson dan minta maaf dan juga menyelesaikan masa lalunya dengan pergi mengunjungi makam Nemo, Ayah anaknya. Leicester Dedlock sangat kehilangan istrinya, dan diapun mengharap Lady Dedlock kembali, dan dia bisa menerima apapun masa lalu istrinya karena begitu besar cintanya pada istrinya.
David Copperfield adalah
seorang anak
yatim yang awalnya hidup berbahagia dengan Ibunya dan pelayan mereka
tetapi setelah ibunya menikah
lagi, kehidupan David berubah menjadi tidak bahagia karena Ayah tirinya
jahat.
Setelah ibunya meninggal David yang tadinya bersekolah di asrama
berhenti
bersekolah dan bekerja Selepas diabaikan oleh Ayah tirinya yang jahat,
dia
perlu berusaha untuk hidup berdikari. Kerasnya hidup yang dilalui
David, membuatnya mencari bibinya Betsey Trotwood yang pada saat dia
dilahirkan pernah berkunjung kerumahnya. Cerita ini tentang potret
keluarga yang menjadi tidak bahagia ketika seorang ibu salah memilih
pasangan yang menjadi suaminya. Hal ini masih banyak dialami oleh banyak
keluarga masa kini.
Menurut saya Karya-karya Charles Dickens adalah karya sepanjang masa yang masih menarik untuk di baca sekarang. Tema dan karakter yang diangkatpun masih relevan dan masih sering dihadapi masyarakat zaman sekarang. Membaca karangan Charles Dickens seperti mengembalikan kerinduan saya untuk kembali membaca buku.
Charles Dickens (lahir
di Landport, Portsmouth, Hampshire, Inggris, 7 Februari 1812 –meninggal
di Tempat Bukit Gad, Higham, Kent, Inggris, 9 Juni 1870 pada umur 58
tahun) adalah seorang penulis roman atau novel ternama dari Inggris dari
masa pemerintahan Ratu Victoria dari Britania Raya.
Charles
Dickens bahkan sampai sekarang masih populer dan semua bukunya masih
bisa dibeli. Banyak dari buku-buku juga sudah dibuat menjadi film.
Sepanjang kariernya Dickens mencapai popularitas mendunia, mendapatkan
reputasi untuk cara menulis cerita yang sangat baik dan untuk
tokoh-tokoh ceritanya. Ia dianggap sebagai salah satu penulis Inggris
yang paling penting. Dia adalah novelis yang paling terkenalUntuk yang belum pernah membaca karya Charles Dickens sangat direkomendasikan membacanya. Karya-karya Charles Dickens inipun syarat dengan pesan moral yang bisa diambil hikmahnya dan membuka wawasan baru dalam berpikir.
Membaca buku itu perlu komitmen, konsisten dan kesetiaan. Membaca buku itu tidak ada batasan usia, semakin kita banyak membaca maka pengetahuan, wawasan, dan cara berpikir kitapun menjadi lebih luas. Membaca dan internet merupakan jendela informasi masa depan terutama bagi generasi muda, karena membaca dapat menimbulkan imajinasi dan menumbuhkan hal-hal kreatif dan positif yang dapat diciptakan.
No comments:
Post a Comment