Songket berasal dari kata
tusuk dan cukit yang disingkat menjadi suk-kit. Lazimnya menjadi
sungkit dan akhirnya lebih dikenal dengan kata songket. Sementara orang
Palembang menyebutkan asal kata songket dari kata songko. Yakni orang
yang menggunakan benang hiasan dari ikat kepala.
Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli
untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang
cantik. Pembuatan kain
songket yang menggunakan bahan benang emas jauh lebih komplek dan
rumit. Tapi hasil akhirnya adalah keindahan struktur desain dengan
warna kemilau perpaduan warna keemasan dengan warna lainnya. Ini
menjadikan kain songket menjadi lebih hidup, agung, dan bergairah.
Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima
yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada
bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal
tahun 600-an hingga 700-an masehi.
Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik
diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain" karena songket Palembang
memiliki keistimewaan yaitu menggunakan bahan tenun
kain yang berasal dari benang emas dan songket. Dan juga ditenun
dari bahan benang perak, sutera, wol dan nylon. Semua jenis benang yang
digunakan untuk menenun songket dipadu bahan dasar yang indah
menjadikan songket menjadi kain dengan tenunan sederhana yang kompleks,
rumit, namun indah dan agung. Songket
eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk
menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar
3 hari.
Mulanya kaum
laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala.
Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung
dengan baju kurung. Tapi sekarang songket palembang ini dijadikan sebagai lambang
status sosial dan kekayaan seseorang. Dapat dilihat mereka yang
mempunyai kedudukan dalam masyarakat diharuskan memakai kain songket
yang mempunyai corak atau motif tertentu. Tentunya disesuaikan dengan
kedudukan dalam strata sosial masyarakat setempat.
Selain itu songket
juga dipakai pada saat upacara-upacara adat ataupun upacara resmi,
seperti upacara penyambutan tamu agung, perkawinan dan sebagainya.
Disamping itu kain songket juga menjadi salah satu syarat pemberian
sebagai mas kawin dalam adat pernikahan Palembang.
Menurut adat Palembang,
biasanya songket diberikan pengantin laki-laki kepada pengantin
perempuan sebagai bentuk penghargaan dalam aspek sosial pada waktu itu.
Sekarang, keberadaan songket tak lagi tergantung pada kedudukan atau
tingkat sosial seseorang. Mereka yang mampu membeli songket
diperbolehkan memakai motif menurut selera yang disukai. Songket juga
dijadikan sebagai hadiah kepada orang yang dihormati.
Para pengrajin songket terutama di Palembang kini berusaha menciptakan
motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna yang lebih
lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman
dan digemari masyarakat.
Sebagai benda seni, songket pun sering dibingkai dan dijadikan penghias
ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat beraneka ragam,
mulai dari tas wanita, songkok, bahkan kantung ponsel. Kain
songket Palembang sampai sekarang masih diminati masyarakat, terutama
para kolektor dan turis mancanegara.
sumber: 1. wikipedia.com
2. http://disperindagkop.palembang.go.id
1 comment:
a good posting :D
like this yo...
Post a Comment